Anda Bingung kan kenapa gambarnya sari tebu? Nah, ketika anda mencoba mempertanyakan maksud gambar ini, anda punya problem hermeneutis. |
Baiklah, hermeneutika sederhananya adalah semacam tafsir. Saya berkata begitu karena memang secara etimologi hermeneutika diambil dari bahasa yunani yaitu hermeneuin, yang berarti menafsirkan. Sekarang sedikitnya anda akan memiliki “oh iya” mengenai apa itu hermeneutika. Konon di Yunani sana, ada tokoh mitologis (mungkin semacam betara dkk.) yang bernama Hermes. Ia adalah duta yang diberi keistimewaan dan tugas untuk menerjemahkan pesan Jupiter kepada manusia. Ia sering digambarkan dengan orang yang kakinya bersayap. Namun jangan tanyakan kepada saya apakah sayap itu difungsikan untuk terbang. Tentu saja saya tidak tahu. Ia bertugas untuk menerjemahkan pesan-pesan dewa di gunung Olympus ‘ke dalam bahasa yang dimengerti manusia’. Posisinya yang demikian krusial dengan misi tersebut. Berhasil atau tidak pesan itu sampai kepada manusia bergantung bagaimana ia memahami dan menyampaikan kepada manusia. Nah barangkali dari hermes itulah istilah hermeneutik diambil. Lalu bisa dikatakan, hermeneutika adalah proses mengubah sesuatu atau situasi ketidak tahuan menjadi mengerti. Itu yang saya ambil dari sebuah buku. Menurut saya sendiri hermeneutika sekarang lebih dari itu. Karena bagi saya hermeneutika juga melibatkan proses menyerap inti atau maksud sebuah pesan.
lha ini juga apa |
Menarik diperhatikan adalah apa
yang diungkapkan salah satu tokoh hermeneutika Indonesia, Sahiron. Ia tidak
saja memandang hermeneutika hanya dalam satu kacamata, menafsirkan atau metode
menafsirkan. Ia memandang hermeneutika dalam arti yang lebih luas meliputi
praktik penafsiran (hermeneuse), hermeneutika dalam arti sempit yakni
ilmu tentang metode-metode penafsiran (hermeneutics), hermeneutika
fiosofis (philosophical hermenutics), dan filsafat hermeneutika (hermeneutical
philosophy). Melihat ini bisa memperluas cakrawala kita mengenai
hermeneutika yang hanya melulu langkah mekanis menggali makna, melainkan lebih
dari itu pengetahuan dan pemikiran yang berkaitan dengan seni memahami.
Berbicara tentang seni memahami
mengingatkan saya kepada buku berjudul Seni Memahami, Hermeneutik dari
Schleiermacher sampai Derrida yang ditulis oleh Budi Hardiman. Budi
memahami hermeneutika sebagai sebuah kegiatan atau kesibukan untuk menyingkap
makna sebuah teks, sementara teks dapat dimengerti sebagai jejaring makna atau
struktur simbol-simbol, entah tertuang dalam bentuk tulisan maupun yang lain.
Di sini bisa ditangkap, bahwa hermeneutika memiliki obyek kajian berupa teks
sedangkan aktifitasnya adalah membedah teks itu sehingga bisa mendapatkan makna
yang dikirim dari sebuah teks. Barangkali bukan semekanis kerja software atau
mesin pemecah kode. Karena hermeneutika tidak sekeras itu menggilas makna.
Kita juga bisa menemukan beberapa
cara orang-orang memahami hermeneutik. Pertama, hermeneutika dipahami
orang sebagai teori eksegesis al-Kitab. Pengertian inilah yang dianggap paling
tua dan mungkin sampai saat ini masih bertahan. Sepertinya pengertian ini yang
dipahami secara sekilas yang membuat sebagian orang menolak memanfaatkan hermeneutika
sebagai salah satu alat untuk memahami al-Quran. Biasanya mereka akan
berpendapat, bagaimana mungkin al-Quran dipahami dengan metode yang sama untuk
memahami al-Kitab. Selain itu pengertian hermeneutika berkembang terus. Ketika
rasionalisme berkembang di Eropa, Hermeneutika dipahami sebagai metodologi
filologis yang mengkaji berbagai teks termasuk teks kitab suci. Kemudian Schleiermacher
menjadikan hermeneutika sebagai salah satu metode sebagaimana yang dimiliki
ilmu-ilmu pengetahuan modern. Di sini hermeneutika dijadikan sebagai ilmu
pemahaman linguistik. Lalu Dilthey menjadikan hermeneutika sebagai dasar
metodologis ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan. Ia merintis metodologi interpretatif
untuk kajian ilmu social. Lalu Heidegger menjadikan hermeneutika sebagai cara
mengada. Hermeneutika sebagai fenomenologi dasein. Dan ricoeur memahami
hermeneutika sebagai sistem interpretasi. Bukankah semakin rumit. Demikianlah.
Saya juga pusing untuk memikirkannya.
Baiklah sebaiknya untuk
memudahkan menyimpan memori, hermeneutika kita asosiasikan dengan kalimat
memahami dan menafsirkan sesuatu. Baik caranya dengan mengada atau dengan
metode apa saja, kegiatan inti hermeneutika adalah memahami sesuatu.
0 Komentar Blog: