Hermeneutika Bagian 1

0
http://kopi-dzinnun.blogspot.co.id/2017/09/hermeneutika-bagian-1.html
http://kopi-dzinnun.blogspot.co.id/2017/09/hermeneutika-bagian-1.html
Anda Bingung kan kenapa gambarnya
sari tebu? Nah, ketika anda mencoba
mempertanyakan maksud gambar
ini, anda punya problem hermeneutis.
Pernahkah anda mendengar istilah hermeneutika. Ya, pasti anda akan sedikit mengerutkan dahi untuk bisa menangkap apa makna dan maksud dari istilah hermeneutika. Memang istilah ini bukan istilah yang populer sebagaimana istilah akademis lainnya semisal tafsir, fiska, kimia yang sudah terlebih dahulu banyak dikenal sejak sekolah menengah. Berbeda dengan hermeneutika yang barangkali baru dikenal mereka yang mulai masuk ke perguruan tinggi. Itu pun biasanya hanya mereka yang masuk ke dunia sastra dan filsafat yang mengenal. Namun jangan kawatir, di sini akan saya babarkan apa itu hermeneutika sependek pembacaan saya. Saya pun tidak bisa mengungkapkan secara pasti sepasti saya mendemonstrasikan istilah pisang di hadapan anda. Namun setidaknya akan menjadi sedikit penggambaran mengenai apa itu hermeneutika.

Baiklah, hermeneutika sederhananya adalah semacam tafsir. Saya berkata begitu karena memang secara etimologi hermeneutika diambil dari bahasa yunani yaitu hermeneuin, yang berarti menafsirkan. Sekarang sedikitnya anda akan memiliki “oh iya” mengenai apa itu hermeneutika. Konon di Yunani sana, ada tokoh mitologis (mungkin semacam betara dkk.) yang bernama Hermes. Ia adalah duta yang diberi keistimewaan dan tugas untuk menerjemahkan pesan Jupiter kepada manusia. Ia sering digambarkan dengan orang yang kakinya bersayap. Namun jangan tanyakan kepada saya apakah sayap itu difungsikan untuk terbang. Tentu saja saya tidak tahu. Ia bertugas untuk menerjemahkan pesan-pesan dewa di gunung Olympus ‘ke dalam bahasa yang dimengerti manusia’. Posisinya yang demikian krusial dengan misi tersebut. Berhasil atau tidak pesan itu sampai kepada manusia bergantung bagaimana ia memahami dan menyampaikan kepada manusia. Nah barangkali dari hermes itulah istilah hermeneutik diambil. Lalu bisa dikatakan, hermeneutika adalah proses mengubah sesuatu atau situasi ketidak tahuan menjadi mengerti. Itu yang saya ambil dari sebuah buku. Menurut saya sendiri hermeneutika sekarang lebih dari itu. Karena bagi saya hermeneutika juga melibatkan proses menyerap inti atau maksud sebuah pesan.

http://kopi-dzinnun.blogspot.co.id/2017/09/hermeneutika-bagian-1.html
lha ini juga apa


Menarik diperhatikan adalah apa yang diungkapkan salah satu tokoh hermeneutika Indonesia, Sahiron. Ia tidak saja memandang hermeneutika hanya dalam satu kacamata, menafsirkan atau metode menafsirkan. Ia memandang hermeneutika dalam arti yang lebih luas meliputi praktik penafsiran (hermeneuse), hermeneutika dalam arti sempit yakni ilmu tentang metode-metode penafsiran (hermeneutics), hermeneutika fiosofis (philosophical hermenutics), dan filsafat hermeneutika (hermeneutical philosophy). Melihat ini bisa memperluas cakrawala kita mengenai hermeneutika yang hanya melulu langkah mekanis menggali makna, melainkan lebih dari itu pengetahuan dan pemikiran yang berkaitan dengan seni memahami.

Berbicara tentang seni memahami mengingatkan saya kepada buku berjudul Seni Memahami, Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida yang ditulis oleh Budi Hardiman. Budi memahami hermeneutika sebagai sebuah kegiatan atau kesibukan untuk menyingkap makna sebuah teks, sementara teks dapat dimengerti sebagai jejaring makna atau struktur simbol-simbol, entah tertuang dalam bentuk tulisan maupun yang lain. Di sini bisa ditangkap, bahwa hermeneutika memiliki obyek kajian berupa teks sedangkan aktifitasnya adalah membedah teks itu sehingga bisa mendapatkan makna yang dikirim dari sebuah teks. Barangkali bukan semekanis kerja software atau mesin pemecah kode. Karena hermeneutika tidak sekeras itu menggilas makna.

Kita juga bisa menemukan beberapa cara orang-orang memahami hermeneutik. Pertama, hermeneutika dipahami orang sebagai teori eksegesis al-Kitab. Pengertian inilah yang dianggap paling tua dan mungkin sampai saat ini masih bertahan. Sepertinya pengertian ini yang dipahami secara sekilas yang membuat sebagian orang menolak memanfaatkan hermeneutika sebagai salah satu alat untuk memahami al-Quran. Biasanya mereka akan berpendapat, bagaimana mungkin al-Quran dipahami dengan metode yang sama untuk memahami al-Kitab. Selain itu pengertian hermeneutika berkembang terus. Ketika rasionalisme berkembang di Eropa, Hermeneutika dipahami sebagai metodologi filologis yang mengkaji berbagai teks termasuk teks kitab suci. Kemudian Schleiermacher menjadikan hermeneutika sebagai salah satu metode sebagaimana yang dimiliki ilmu-ilmu pengetahuan modern. Di sini hermeneutika dijadikan sebagai ilmu pemahaman linguistik. Lalu Dilthey menjadikan hermeneutika sebagai dasar metodologis ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan. Ia merintis metodologi interpretatif untuk kajian ilmu social. Lalu Heidegger menjadikan hermeneutika sebagai cara mengada. Hermeneutika sebagai fenomenologi dasein. Dan ricoeur memahami hermeneutika sebagai sistem interpretasi. Bukankah semakin rumit. Demikianlah. Saya juga pusing untuk memikirkannya.


Baiklah sebaiknya untuk memudahkan menyimpan memori, hermeneutika kita asosiasikan dengan kalimat memahami dan menafsirkan sesuatu. Baik caranya dengan mengada atau dengan metode apa saja, kegiatan inti hermeneutika adalah memahami sesuatu.
Share :

Komentar Facebook:

0 Komentar Blog:

About Me

My photo
seorag yag belajar unntuk hidup

Entri Populer

Total Pageviews

Followers